Bersandarlah hanya kepada Allah & Jangan Bersandar pada Amal-mu - RABBUWEB

Board

Home Top Ad

Post Top Ad

Jumat, 09 September 2022

Bersandarlah hanya kepada Allah & Jangan Bersandar pada Amal-mu

 مِنْ عَلاَ مَةِ اْلاِعْـتِــمَادِ عَلَى الْعَمَلِ، نُقْصَانُ الرَّجَاءِ عِنْدَ وُجُـودِ الزّ َلَلِ


1). Setengah dari tanda bahwa bahwa seorang itu bersandar diri pada kekuatan amal usahanya, yaitu berkurangnya pengharapan terhadap rahmat karunia Allah ketika terjadi padanya suatu kesalahan / dosa.

Kalimat : Laa ilaaha illallaah. tidak ada Tuhan, berarti tidak ada tempat bersandar, berlindung, berharap kecuali Allah, tidak ada yang menghidupkan dan mematikan, tiada yang memberi dan menolak melainkan Allah.

Dhohirnya syariat menyuruh kita berusaha beramal, sedang hakikat syariah melarang kita menyandarkan diri pada amal usaha itu, supaya tetap bersandar pada karunia rahmat Allah.

Kalimat : Laa haula walaa quwwata illa billaahi. Tidak ada daya untuk mengelakkkan diri dari bahaya kesalahan. Dan tidak ada kekuatan untuk berbuat amal kebaikan kecuali dengan bantuan pertolongan Allah dan karunia rahmat-Nya semata-mata.

Firman Allah :
"Katakanlah : Hanya karena merasakan kurnia rahmat Allah lah kamu boleh bergembira, dan itulah yang lebih baik (berguna) bagi mereka daripada apa yang dapat mereka kumpulkan sendiri".
(Yunus 59).

Sedangkan bersandar pada amal usaha itu berarti lupa pada kurnia rahmat Allah yang memberi taufiq hidayah kepadanya yang akhirnya pasti ia ujub, sombong, merasa sempurna diri, sebagaimana yang telah terjadi pada iblis ketika diperintah bersujud kepada Adam, ia berkata "Aku lebih baik dari dia (Adam)".


Juga telah terjadi pada Qaarun ia berkata : "Sesungguhnya aku mendapat kekayaan ini karena ilmuku semata-mata. (Al-Qashash 78).

 

Apabila kita dilarang menyekutukan Allah dengan berhala, batu kayu, pohon, binatang dan manusia, maka janganlah menyekutukan Allah dengan kekuatan diri sendiri, seolah-olah merasa sudah cukup kuat dan dapat berdiri sendiri tanpa pertolongan Allah, tanpa rahmat taufiq hidayat dan karunia Allah.

 

Sedangkan kita harus bertauladan pada Nabi Sulaiman as, ketika ia menerima nikmat karunia Allah, ketika mendapat istana ratu Bilqis.

 

Firman Allah :
"Ini semata-mata dari karunia Tuhanku, untuk menguji padaku, apakah aku bersyukur (terima kasih) atau kufur (lupa pada Allah). Maka siapa yang syukur, maka syukur itu untuk dirinya. dan siapa yang kufur, maka Tuhanku dzat yang terkaya lagi pemurah (tidak berhajat sedikitpun dari makhluknya, bahkan makhluk yang berhajat kepada-Nya)".
(AN-Naml 40).

Post Bottom Ad