dari Ahmad bin Muhammad bin Mashqalah menceritakan kepada kami, Abu Utsman Sa'id bin Utsman Al Hanath menceritakan kepada kami, Abu Faidh Dzunnun bin hrahim AI Mishri menceritakan kepada kami, dia berkata,"Sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba pilihan, dan sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba yang terbaik." sedangkan tanda-tanda mereka yang disampaikan oleh Abu Faidh lagi adalah : "Yaitu ketika seorang hamba menanggalkan kehidupan yang rileks, menguras tenaga untuk berbuat taat, dan menyukai jatuhnya musibah." dan kaum ini menurut Abu Faidh adalah : "Mereka itu adalah kaum yang meniadikan lututnya sebagai bantal untuk dahinya, dan tanah sebagai hamparan bagi belikat mereka.
Mereka adalah kaum yang Al-Qur'an mendarah daging dengan mereka, sehingga Al-Qur'an itu menjauhkan mereka dari istri-istri mereka, dan menggerakkan mereka untuk melakukan perjalanan malam.
Mereka meletakkan Al-Qur'an dalam hati mereka sehingga menjadi lapang. Mereka mendekapnya di dada sehingga Al-Qur'an menjadi terang. Mereka benturkan kecemasan mereka dengannya sehingga terpecah. Mereka menjadikannya sebagai pelita bagi kegelapan mereka, peraduan bagi tidur mereka, pemandu bagi jalan mereka, dan faktor pemenang bagi hujjah mereka.
Manusia gembira dan bersedih, tidur dan begadang, makan dan berpuasa, merasa aman dan takut.
Sedangkan mereka senantiasa takut dan waspada, cemas dan bersiaga, memburu waktu biar tak terlewat, dan bersiap-siap untuk mati. Kebesarannya tidak menjadi di mata mereka karena besarnya siksa yang mereka takutkan dan berharganya balasan yang dijanjikan kepada mereka. Mereka menapaki jalan-jalan Al-Qur'an dan berpenerang dengan cara Ar-Rahman. Mereka tidak menunggu lama Al-Qur'an membuktikan janjinya kepada mereka, menepati perjanjiannya, mencurahi mereka dengan kebahagiaannya, melindungi mereka dari ancamannya. sehingga dengan Al-Qur'an itu mereka memperoleh perkara-perkara yang dicinta, dengannya mereka memeluk bidadari, dengannya mereka aman dari kehancuran, dan dengannya mereka waspada terhadap kesudahan.
Karena mereka meninggalkan kemegahan dunia dengan tatapan yang abadi, memandang pahala akhirat dengan tatapan yang rela, dan membeli keabadian dengan kefanaan.
Maka, itulah sebaik-baik perniagaan mereka, dan mereka memperoleh peruntungan dua negeri, menggabungkan dua kebaikan, dan menyempumakan dua karunia. Mereka mencapai manzilah (tingkatan) terbaik dengan sabar dalam hitungan hari. mereka memutus hari-hari yang ringan karena kewaspadaan terhadap hari yang penuh kesulitan.
Mereka bergegas dalam waktu yang sebentar, dan bersegera dalam keadaan takut akan bencana.
Mereka tidak merajut hari-hari mereka dengan permainan dan kelezatan, melainkan menekuni kesulitan-kesulitan demi perkara-perkara yang abadi lagi baik.
Demi Allah, kekuatan mereka terlemahkan oleh keletihan, dan warna kulit mereka terubah oleh kepenatan. Mereka senantiasa ingat neraka yang apinya menyala-nyala, dalam keadaan bersegera menuju kebaikan dan memutuskan diri dari kelalaian. Mereka terbebas dari keraguan dan ucapan kotor.
Mereka adalah orang-orang cadel yang fasih bicara, dan orang-orang buta yang tajam mata hatinya. Mereka tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata.
Berkat merekalah segala kesengsaraan dihindarkan. Pada merekalah berkah diturunkan. Mereka adalah manusia yang paling manis tutur kata dan perasaannya, dan yang paling memenuhi janji dan perjanjiannya. Mereka adalah pelita bagi para hamba, menara bagi berbagai negeri, lentera di dalam gelap, tambang rahmat, sumber hikmah dan penopang umat. Lambung mereka jauh dari tempat tidur. Mereka adalah manusia yang paling bisa menerima maaf, paling lapang terhadap ampunan, paling dermawan dengan pemberian.
Manusia gembira dan bersedih, tidur dan begadang, makan dan berpuasa, merasa aman dan takut.
Sedangkan mereka senantiasa takut dan waspada, cemas dan bersiaga, memburu waktu biar tak terlewat, dan bersiap-siap untuk mati. Kebesarannya tidak menjadi di mata mereka karena besarnya siksa yang mereka takutkan dan berharganya balasan yang dijanjikan kepada mereka. Mereka menapaki jalan-jalan Al-Qur'an dan berpenerang dengan cara Ar-Rahman. Mereka tidak menunggu lama Al-Qur'an membuktikan janjinya kepada mereka, menepati perjanjiannya, mencurahi mereka dengan kebahagiaannya, melindungi mereka dari ancamannya. sehingga dengan Al-Qur'an itu mereka memperoleh perkara-perkara yang dicinta, dengannya mereka memeluk bidadari, dengannya mereka aman dari kehancuran, dan dengannya mereka waspada terhadap kesudahan.
Karena mereka meninggalkan kemegahan dunia dengan tatapan yang abadi, memandang pahala akhirat dengan tatapan yang rela, dan membeli keabadian dengan kefanaan.
Maka, itulah sebaik-baik perniagaan mereka, dan mereka memperoleh peruntungan dua negeri, menggabungkan dua kebaikan, dan menyempumakan dua karunia. Mereka mencapai manzilah (tingkatan) terbaik dengan sabar dalam hitungan hari. mereka memutus hari-hari yang ringan karena kewaspadaan terhadap hari yang penuh kesulitan.
Mereka bergegas dalam waktu yang sebentar, dan bersegera dalam keadaan takut akan bencana.
Mereka tidak merajut hari-hari mereka dengan permainan dan kelezatan, melainkan menekuni kesulitan-kesulitan demi perkara-perkara yang abadi lagi baik.
Demi Allah, kekuatan mereka terlemahkan oleh keletihan, dan warna kulit mereka terubah oleh kepenatan. Mereka senantiasa ingat neraka yang apinya menyala-nyala, dalam keadaan bersegera menuju kebaikan dan memutuskan diri dari kelalaian. Mereka terbebas dari keraguan dan ucapan kotor.
Mereka adalah orang-orang cadel yang fasih bicara, dan orang-orang buta yang tajam mata hatinya. Mereka tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata.
Berkat merekalah segala kesengsaraan dihindarkan. Pada merekalah berkah diturunkan. Mereka adalah manusia yang paling manis tutur kata dan perasaannya, dan yang paling memenuhi janji dan perjanjiannya. Mereka adalah pelita bagi para hamba, menara bagi berbagai negeri, lentera di dalam gelap, tambang rahmat, sumber hikmah dan penopang umat. Lambung mereka jauh dari tempat tidur. Mereka adalah manusia yang paling bisa menerima maaf, paling lapang terhadap ampunan, paling dermawan dengan pemberian.
Mereka menatap pahala dari Allah dengan jiwa yang penuh hasrat, mata yang membelalak dan amal yang sesuai. Mereka mengabaikan dunia untuk memperpendek perjalanan mereka. Mereka telah memutuskan tali asa kepada dunia. Rasa takut kepada Rabb mereka tidak menyisakan kegembiraan terhadap harta benda mereka. Karena itu, engkau melihat mereka tidak berhasrat kepada pundi-pundi kekayaan, tidak kepada kawanan ternak, tidak kepada unta-unta yang tangkas, dan tidak pula istana-istana yang kokoh.
Benar! Akan tetapi, yang mereka lihat adalah taufiq Allah dan ilham-Nya kepada mereka, sehingga mereka tergerak oleh ma'rifat mereka untuk bersabar dalam beberapa hari. Mereka memantang raga mereka dari perkara-perkara yang haram, menahan tangan mereka dari berbagai warna makanan, menjauhkan diri dari dosa, lalu menempuh jalan yang lurus.
Mereka bersekutu dengan ahli dunia hanya dalam masalah-masalah akhirat mereka, tetapi ahli dunia itu gentar akan musibah dan pahitnya kematian. Mereka takut akan kematian, sarakatul maut, kecemasan dan kengeriannya. Mereka gentar akan kubur dan kesempitannya, malaikat Munkar dan Nakir serta bentakan dan pertanyaan keduanya, takut akan hari berdiri di hadapan Allah yang memiliki sebutan yang mulia dan nama yang suci."
Syaikh Abu Nu'aim berkata:
Mereka adalah pelita dalam kegelapan, sumber petunjuk dan kearifan. Mereka diistimewakan dengan keistimewaan yang tersembunyi, dan dibersihkan dari sikap pura-pura ikhlas, sebagaimana dijelaskan dalam riwayat berikut:
PARA HAMBA YANG DICINTAI ALLAH